SMKN 2 Trenggalek dari Program MBG, Berkomitmen Membangun Budaya Industri 3+1

SMKN 2 Trenggalek dari Program MBG, Berkomitmen Membangun Budaya Industri 3+1

Kepala SMKN 2 Kabupaten Trenggalek, Masrur Hanafi, membenarkan bahwa program MBG masuk sekitar satu bulan lalu
Kepala SMKN 2 Kabupaten Trenggalek, Masrur Hanafi, membenarkan bahwa program MBG masuk sekitar satu bulan lalu

TRENGGALEK, 3detik.com – Menjadi fasilitas pendidikan pertama yang mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kabupaten Trenggalek menyambut baik kesempatan tersebut.

Tak sekadar menunggu, civitas akademika SMKN 2 Kabupaten Trenggalek berkomitmen membangun Budaya Industri 3+1, budaya yang diyakini dapat membentuk karakter generasi penerus.

Kepala SMKN 2 Kabupaten Trenggalek, Masrur Hanafi, membenarkan bahwa program MBG masuk sekitar satu bulan lalu. Dalam sehari, sekolah kejuruan ini mendapatkan jatah 2.200 paket makanan siap saji.

Namun, belakangan jumlah paket MBG itu berkurang karena siswa kelas XII sedang melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin).

“Jadi, kami sekolah pertama yang mendapatkan program MBG paling banyak. Hampir 1.500 paket tiap hari, bahkan kalau nanti kelas XII masuk, bisa 2.200 paket,” kata Hanafi, sapaan akrab Masrur Hanafi, Selasa (23/9/2025).

Lebih lanjut, Hanafi mengaku ingin menciptakan karakter generasi penerus yang lebih berkualitas melalui Budaya Industri 3+1.

Ia menjelaskan bahwa Budaya Industri 3+1 terdiri atas rajin, bersih, rapi, dan efisien.

“Di sini ada pembelajaran, bukan sekadar mendistribusikan MBG, tapi bagaimana membangun budaya saat makan, menyelesaikan makan, mengembalikan barang, merapikan barang, membersihkan lingkungan, serta mengembalikan omprengnya,” jelasnya.

Untuk mengontrol penerapan Budaya Industri 3+1, SMKN 2 Kabupaten Trenggalek telah membentuk kelompok kerja (Pokja) yang beranggotakan 17 orang dari tiap kelas.

Hanafi menilai, Pokja ini penting dalam menjaga mekanisme pendistribusian MBG agar sesuai dengan Budaya Industri 3+1.

“Distribusi MBG harus benar-benar tersalur, efisien waktu, efektif, budaya bersih, dan budaya rapi harus ada. Dan ketika dilakukan setiap hari, itu menjadi pangkal tolak SMK dalam menciptakan budaya industri,” tegasnya.

Dari pengamatannya selama satu bulan terakhir, Hanafi mengaku siswa semakin disiplin mulai dari pendistribusian MBG, pengecekan kelengkapan, hingga membersihkan sampah.

“Jadi ketika MBG belum datang maupun setelah didapatkan, kondisi lingkungan tetap terjaga bersih. Itu juga efisien waktu bagi kegiatan belajar mengajar,” tutupnya.***

Bagikan:

WhatsApp
Facebook

Berita Lainnya:

Berita Daerah

Trenggalek

Tulungagung

Blitar

I

Media Network

I

Berita Terbaru

PASANG IKLAN DI SINI_20250916_201222_0000