TULUNGAGUNG, 3detik.com – Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Tulungagung (AMT) menolak kedatangan klan Ba’alawi.
Penolakan massa itu melalui aksi demonstrasi di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tulungagung, Jumat (13/12/2024).
AMT terdiri dari 40 organisasi, meliputi sejumlah organisasi pencak silat.
Isi dari tuntutan AMT, tak lain supaya pemerintah menyikapi tegas terhadap klan Ba’alawi.
Massa menilai, klan Ba’alawi terang-terangan memalsukan nasab Rasulullah dan membelokkan sejarah bangsa.
Mereka pun menuntut supaya pemerintah mengambil kebijakan untuk melarang dan menghentikan segala dakwah Ba’alawi yang dinilai merusak aqidah dan provokatif melawan pemerintah.
AMT juga akan membersihkan makam dan situs sejarah palsu yang dibuat klan Ba’alawi.
“Sudah banyak ditemukan makam palsu Ba’alawi di Tulungagung. Kami akan tertibkan,” ujar Koordinator Aksi AMT Mochammad Hanin Dya’udin.
Makam palsu itu ditemukan di Desa Sambijajar, Kecamatan Sumbergempol, di Pakel dan di Gunung Budheg.
Selain itu makam Syekh Basyaruddin di Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman juga sudah mulai diklaim oleh Ba’alawi.
Nantinya AMT akan mengupayakan pembongkaran makam-makam palsu ini, dengan tetap menghormati hukum yang berlaku.
“Kami akan berkoordinasi dengan pengurus makam, yayasan dan pemerintah. Kami sampaikan faktanya agar ditindaklanjuti,” papar Hanin.
AMT juga menuntut pemerintah aktif mencegah distorsi dan manipulasi sejarah lokal Tulungagung, sejarah nasional, maupun internasional.
Pernyataan ini terkait adanya sejarah palsu yang sudah disebarkan klan Ba’alawi.
Selain itu pemerintah diminta mengintegrasikan sejarah lokal dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi.
Lanjutnya, selama ini warga Nahdliyin yang menjadi korban dakwah menyesatkan dan membelokkan sejarah yang dilakukan klan Ba’alawi.
Padahal dulunya Ba’alawi masuk dan diterima secara luas melalui kaum Nahdliyin.
Karena itu, Hanin menegaskan, jika dulu Nahdliyin membukakan pintu untuk Ba’alawi, maka sekarang akan membukakan pintu keluar untuk Ba’alawi.
“Kami buatkan pintu keluar untuk Ba’alawi, mulai dari Tulungagung,” katanya.
AMT akan selalu menyerukan penolakan habib yang didatangkan di Tulungagung.
Karena itu pemerintah diharapkan mencegah para habib itu mendapat panggung agar tidak terjadi gesekan.
Jika masih ada habib yang datang ke Tulungagung, maka AMT akan melakukan upaya sweeping.
“Ini tugas aparatur negara, kami memberi saran. Kami taat hukum, tidak sweeping selama aparat menjalan tugasnya,” tambah Hanin.
Terkait penolakan Habib Syech, menurut Hanin, sosoknya telah menyakiti warga Nahdliyin.
Sebab sebelumnya dia menyebut Habib Rizieq sebagai gurunya NU (Nahdlatul Ulama).
Padahal Habib Rizieq menyerang sosok Gus Dur, dan pentolan FPI yang dibubarkan oleh pemerintah.
“Banyak kiai kita yang melakukan dakwah dengan baik, bukan provokatif,” tandasnya.***