TRENGGALEK, 3detik.com – Net Zero Carbon 2045 Trenggalek dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2025-2045 dinilai Head of Carbon Business Departemen PT Jwalita Energi Trenggalek (JET) Heru Gunawan, bukan sekadar ambisius, tapi lebih pada optimisme.
Heru menjelaskan, Net Zero Carbon 2045 Trenggalek terinspirasi dari Paris Agreement pada 2016.
Tahun itu, pemerintah Indonesia berjanji bisa mencapai nol emisi karbon pada 2060. Merespons kebijakan pusat, Pemkab Trenggalek meyakini, Net Zero Carbon Trenggalek bisa tercapai pada 2045.
“Di Trenggalek, bahkan targetnya lebih cepat 15 tahun dari pemerintah Indonesia. Yakni di 2045. Rencananya ini memang ambisius tapi memiliki dasar,” kata Heru dengan percaya diri.
Heru melanjutkan, landasan pemkab memasang target net zero carbon 2045 Trenggalek adalah melalui studi ilmiah yang mengungkap, mayoritas wilayah Bumi Menak Sopal itu merupakan tutupan hijau.
Kabar baiknya, kata Heru, vegetasi adalah satu-satunya ekosistem yang dapat menyerap emisi karbon.
“Sehingga oleh para peneliti, Net Zero Carbon 2045 Trenggalek adalah optimisme,” sebutnya.
Heru, pria yang mengenakan kacamata, itu mengajak refleksi diri. Perlu disadari bahwa penyebab perubahan iklim itu berkaitan dengan perilaku manusia.
Menurut para ilmuwan, atmosfer bumi sudah mengalami kerusakan, terdapat lubang pada lapisan ozon. Kondisi itu berdampak langsung terhadap temperatur bumi.
Gambaran atmosfer yang baik adalah sekitar 200 tahun lalu, sebelum zaman mengenal industri.
Bupati Trenggalek, Serahkan Santunan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Beasiswa Korban Laka Laut di Kecamatan Munjungan Senilai 223 Juta
Rapat Kerja Komisi I DPRD Trenggalek Dengan OPD Mitra, Bahas Sinkronisasi RPJMD 2026
DPRD Trenggalek Fasilitasi Hearing Warga Ngares, Telurkan Empat Kesepakatan Atasi Bencana Banjir
Sedangkan industri ini membutuhkan energi. Kebanyakan energinya itu berbasis fosil yang dibakar, sehingga dapat menghasilkan emisi.
“Padahal, lapisan ozon yang ada di atmosfer itu adalah pelindung kita dari pancaran sinar matahari. Sederhananya, tanpa ada lapisan ozon, pancaran sinar matahari bisa membakar kulit kita,” jelasnya.
Heru menyebut, manusia merupakan emitter pengemisi karbon. Sederhananya, manusia bernapas lalu mengeluarkan karbon CO2 atau memasak air, itu juga dapat menghasilkan emisi karbon.
Selain itu, penggunaan listrik juga dapat menghasilkan emisi, sebab biarpun listrik itu memakai energi baru-terbarukan, faktanya bahan bakar yang dipakai, salah satunya batubara.
Sehingga 90 persen aliran listrik yang mengalir ke pemukiman itu menghasilkan emisi.
“Itu semua harus sadar bahwa tiap hari setelah bangun tidur kita tidak terlepas dari penggunaan energi,” jelasnya.
Maka, komitmen Net Zero Carbon 2045 Trenggalek itu bukan cuma tanggung jawab pemerintah, baik pusat atau daerah, tapi juga menjadi tanggung jawab tiap orang.
“Ini juga butuh kesadaran masyarakat, karena kesadaran lingkungan ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah daerah, pusat, tapi ini individu,” tutupnya.***