TRENGGALEK, 3detik.com – Pemerintah Desa Ngrencak, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, memilih pendekatan kehati-hatian dalam merintis Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Ketahanan Pangan.
Sejak tahap perencanaan, aspek peluang dan risiko usaha menjadi pertimbangan utama sebelum menentukan sektor bisnis yang akan dikembangkan.
Kepala Desa Ngrencak, Agung Susilo, menyampaikan bahwa hasil musyawarah desa mengerucut pada sektor peternakan kambing sebagai unit usaha awal BUMDesa.
Pilihan tersebut dinilai paling realistis untuk meminimalkan potensi kerugian.
“Kalau kita bicara ketahanan pangan, pilihannya banyak. Tapi kami sepakat mengambil sektor yang risikonya bisa dikendalikan,” kata Agung.
Menurutnya, dalam musyawarah yang dihadiri pengurus BUMDesa, BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta karang taruna, sektor pertanian menjadi bahan diskusi cukup panjang.
Ketergantungan pada musim dan cuaca dinilai berisiko bagi usaha yang masih dalam tahap rintisan.
“Faktor alam seperti hujan dan musim sangat berpengaruh. Dari situ muncul kesepakatan, agar usaha desa ini tidak salah langkah sejak awal, maka peternakan kambing dipilih,” ujarnya.
Meski telah menetapkan arah usaha, Pemdes Ngrencak menegaskan tidak melepas pengelolaan BUMDesa begitu saja.
Penyertaan modal sebesar Rp266 juta yang telah dikucurkan menjadi alasan kuat perlunya pengawasan dan pembinaan berkelanjutan.
Agung menyebut, pemerintah desa aktif melakukan studi banding ke desa lain yang lebih dulu berhasil mengelola BUMDesa.
Hasil pembelajaran tersebut kemudian dijadikan rujukan untuk membina pengurus agar usaha berjalan sehat.
“Salah satu yang kami tekankan adalah quality control. Mulai dari pemilihan kambing, harus benar-benar diperhatikan standar usia, tinggi, dan beratnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, kesalahan dalam menentukan kualitas ternak di awal bisa berdampak panjang terhadap kerugian usaha.
Karena itu, pendampingan teknis menjadi bagian penting dalam pengembangan BUMDesa Ketahanan Pangan.
Terkait progres lapangan, Agung mengakui pelaksanaan program sempat mengalami keterlambatan.
Saat ini, tahapan masih difokuskan pada pembangunan kandang ternak.
“Kami sudah tetapkan lokasi kandang di lahan perkebunan milik pemdes. Aset itu bisa disewa dan sudah mulai berproses,” ungkapnya.
Di luar aspek bisnis, Agung melihat BUMDesa Ketahanan Pangan juga membawa dampak sosial.
Struktur kepengurusan dan keanggotaan BUMDesa melibatkan berbagai unsur masyarakat, terutama warga dewasa yang belum memiliki pekerjaan tetap.
“BUMDesa ini kami rancang inklusif. Anggotanya bukan dari lingkaran perangkat desa saja, tapi dari unsur keagamaan, seni, hingga karang taruna,” katanya.
Ia berharap, ketika unit usaha ini berjalan optimal, BUMDesa Ketahanan Pangan tidak hanya memperkuat ekonomi desa, tetapi juga membuka ruang kerja dan meningkatkan kesejahteraan warga Ngrencak.***












