Surabaya

Stunting di Surabaya Turun 1,6 Persen, Ada 188 Anak Masih Belum Tuntas Stunting

×

Stunting di Surabaya Turun 1,6 Persen, Ada 188 Anak Masih Belum Tuntas Stunting

Sebarkan artikel ini

SURABAYA, 3detik.com -Upaya zero stunting terus dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Maka itu, pihaknya untuk sebagai penegasan menggelar evaluasi bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting atau TPPS yang di adakan di Graha Sawunggaling, pada Kamis (14/11/2024).

Selama dalam 4 (empat) tahun terakhir, jumlah angka stunting di kota Pahlawan mengalami penurunan. Untuk tahun 2021 prevalensi angka stunting sekitar 28,9 persen. Pada tahun 2022 angka stunting menjadi 4,8 persen. Kemudian tahun 2023 kemarin hingga saat ini turun menjadi 1,6 persen.

Sehingga, data yang dihimpun ada sekitar ratusan lebih anak mengalami angka stunting. Upaya penekanan turunnya kasus stunting melalui program bapak asuh, orang tua asuh, dan para Corporate Social Responsibility (CSR).

Baca Juga:  Program Makan Bergizi Gratis Butuh Anggarkan Rp 1, 1 Triliun, Rencana Kota Pahlawan 2025 Mendatang

“Mengenai angka stunting yang tersisa ada 205 anak. Terdiri dari, 188 anak khususnya warga Surabaya, serta selebihnya stunting ada 17 anak warga luar kota yang tinggal di Surabaya. Ini mulai 11 November 2024 lalu,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB), Ida Widayati dalam keterangannya.

Sementara itu, PJs Wali Kota Surabaya, Restu Novi Widiani menanggapi jumlah angka stunting menjadi 1,6 persen mengalami penurunan pihaknya mengapresiasi. Capaian tersebut berimbas pada turunnya angka stunting di Jawa Timur keseluruhan. Ditekankannya, seluruh petugas TPPS supaya waspada terhadap pra stunting.

“Saya berharap anak pra stunting yang terdata bisa didampingi menjadi sehat dan tidak mengalami stunting,” pintanya.

Baca Juga:  Adakan Foto Contest Sambut Anniversary ke 34 Tahun Sahid Hotel Surabaya, Puncaknya Seremoni Potong Tumpeng

Penekanan stunting juga berlaku bagi Camat, Lurah, dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sampai Kepala Puskesmas supaya tetap memantau kondisi anak di lembaga kesejahteraan sosial pada wilayahnya masing-masing.

Sebab, lanjut kata Restu, bukan tidak mungkin kasus stunting muncul dari sana. Sekalipun angka stunting terendah, pihaknya mewanti-wanti agar tidak boleh lengah sedikit pun.

“Jadi, ada pra stunting, nah ini yang menjadi ancaman bisa menambahnya jumlah angka stunting tersebut,” tuturnya Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Provinsi Jawa Timur ini.

Restu menyarankan upaya menuju zero stunting harus bersamaan kesiapan ketahanan pangan maupun pemberian gizi terbaik sudah terarah.

“Peran masyarakat semua tetap bergerak dalam kesiapan ketahanan pangan menuju zero stunting. Perlunya mendapat perhatian khusus anak di lembaga kesejahteraan sosial, baik pemerintah atau swasta. Intinya, gizi mereka harus cukup demi terhindar stunting,” pesannya. (nvn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *