TRENGGALEK, 3detik.com – Dalam rangkaian Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) 2025 di Hotel SanRa, Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, (Rabu, 17/9/2025), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Pasuruan menekankan masyarakat agar tidak lengah menghadapi bencana alam Megathrust.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan Suwardi menegaskan bahwa pusat gempa nasional (pusgen) telah merilis potensi teelrjadinya megathrust di laut Selatan Jawa pada 2024. Artinya potensi megathrust itu memang benar adanya.
Dalam hal ini, Kabupaten Trenggalek termasuk daerah yang berpotensi terdampak.
Hasil studi BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan, salah satu wilayah yang berpotensi terdampak megathrust adalah Desa Wonocoyo.
“Berdasarkan peta wilayah terdampak megathrust, Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, masuk wilayah terdampak dan hampir semua sisi di desa ini yang berpotensi terdampak,” ungkap Suwardi di sela-sela kegiatan SLG 2025.
Suwardi mengatakan, megathrust dapat ditandai dari gejala kemunculan gempa bumi yang berpotensi mengakibatkan tsunami.
Namun mengetahui gejala itu saja tidaklah cukup, karena sebetulnya gempa bumi itu tidak dapat diprediksi kapan.
Maka itu, Suwardi mengimbau supaya masyarakat siap siaga dalam menghadapi ancaman dan mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana alam gempa bumi atau tsunami.
“Kalau masyarakat siap siaga, tentu bisa mengurangi resiko dan dampak yang ditimbulkan,” tegasnya.
Ihwal adanya potensi Megathrust, Suwardi menginginkan masyarakat memahami tentang bagaimana menyikapi jika terjadi gempa bumi dan tsunami melalui SLG 2025.
“Melibatkan masyarakat di Desa Panggul, sekelilingnya, media massa, akademisi, pelaku usaha, BPBD, TNI/Polri, dan PMI. Kita kolaborasi,” ungkapnya.
Sementara itu, mewakili Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Asisten I Sekretariat Daerah (Setda) Trenggalek dr Saeroni menilai positif kegiatan SLG 2025 dari BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan.
Dari SLG yang berisi tentang edukasi hingga simulasi menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.
“Diharapkan masyarakat mampu bersikap dan bertindak sesuai arahan dari pelatihan, sehingga keselamatan dari masyarakat bisa terjaga,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek Stevanus Triadi Atmono membenarkan bahwa ada tiga kecamatan yang berpotensi terdampak megathrust, yakni Kecamatan Panggul, Watulimo, dan Munjungan.
“Ada 17 desa yang terdampak dan kurang lebih ada 90 ribu jiwa,” ungkapnya.
Terkait mitigasi dampak bencana, Stevanus menyebut, sosialisasi tentang edukasi menghadapi gempa bumi dan tsunami rutin diselenggarakan di tiap tahunnya.
“Sejak dua tahun lalu, SLG sudah diselenggarakan di Kecamatan Munjungan dan Watulimo, dan kali ini di Kecamatan Panggul desa Wonocoyo Selain itu ada juga festival Gempa Bumi dan Tsunami, itu adalah kegiatan yang sudah kami lakukan bersama masyarakat,” ungkapnya.
Stevanus menambahkan mengenai rencana tindak lanjut, BPBD Trenggalek juga sudah membentuk rencana kontinjensi gempa bumi dan tsunami.***